Pages

Choose Your Language

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Thursday, July 5, 2012

ilmuan Temukan Pemicu BIEBER FEVER

VIVAnews - Penggemar setia penyanyi pop Justin Bieber kini telah mencapai 44 juta di dunia. Penggemar berat ini terobsesi dengan segala sesuatu yang terkait Justin Bieber. Bahkan, tagar mengenai Justin Bieber sering menghiasi trending topic dunia di Twitter. Peneliti di bidang syaraf mencoba menjelaskan fenomena yang dialami penggemar Justin Bieber ini. Bagaimana gambaran otak orang yang terobsesi?

Ahli syaraf mencoba mendalami obsesi terhadap Justin Bieber. Menurut ahli syaraf terkemuka, Profesor Daniel Levitin, penggemar Justin Bieber atau "Beliebers" tidak dapat mengatasi obsesi mereka. Ini merupakan bawaan di dalam otak mereka.

"Demam Bieber" memiliki gejala berteriak, pingsan, dan terus-menerus melacak idola remaja di Twitter. Ini menjadi sebuah paksaan fisik yang nyata karena bawaan otak.

Prof Levitin menyebutkan, saat Beliebers mendengarkan musik Justin Bieber berulang kali, zat kimia yang berfungsi membawa perasaan senang dilepaskan dalam otak mereka.

"Ini memicu serbuan dopamin yakni neurotransmitter (zat yang menyampaikan pesan dari satu syaraf ke syaraf lain) yang dirangsang oleh banyak kegiatan menyenangkan, seperti orgasme atau makan cokelat," kata Profesor Levitin seperti dilansir Dailymail.co.uk.
Para ahli syaraf dari Universitas McGill, Montreal, Amerika Serikat juga menambahkan bahwa dengan dopamin, seorang fans akan semakin kecanduan hal yang disenanginya.

"Pelepasan dopamin pada tingkat yang rendah lebih dipicu musik dibanding penggunaan obat-obatan. Hasilnya biasanya adalah obsesi. Anda akan semakin terus ketagihan membutuhkan segala sesuatu tentang Justin Bieber," tambahnya.

Dalam otak manusia, fungsi dopamin sebagai neurotransmitter atau zat yang menyampaikan pesan dari satu syaraf ke syaraf lain.

Secara ringkas, dopamin adalah suatu senyawa di otak yang berperan dalam sistem keinginan dan kesenangan sehingga meningkatkan rasa senang. Dampak dari perasaan yang dipicu oleh dopamin ini hampir serupa dengan orang yang menggunakan kokain.

Kadar dopamin yang tinggi di otak diduga dapat menyebabkan energi yang meluap-luap, berkurangnya kebutuhan tidur atau makan, dan perhatian terfokus pada perasaaan senang. Dopamin juga bertanggung jawab menyebabkan adiksi atau ketagihan.

Dopamin yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan mental yang paling sering bermanifestasi sebagai halusinasi pendengaran, skizofrenia. Apabila kekurangan, Anda bisa terserang penyakit gangguan sistem syaraf pusat, parkinson. (sj)

0 comments:

Post a Comment