TEMPO.CO, Tangerang
- Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan masa depan Indonesia
dalam 20 tahun ke depan berada di tangan generasi Justin Bieber. Gita
mengasumsikan sosok penyanyi remaja asal Kanada tersebut mewakili sosok
remaja masa kini yang nantinya menjadi generasi penerus negeri ini.
»Kalian
akan menjadi penentu masa depan,» ujarnya, saat menjadi pembicara di
acara "Festival Universitas Pelita Harapan", Tangerang, Banten, Jumat, 3
Agustus 2012. Di depan 1.700 mahasiswa baru UPH, Gita mengatakan,
generasi muda saat ini akan menjadi penentu masa depan diri sendiri,
keluarga, dan bangsa ini.
Gita mengatakan, masa depan bagi
anak-anak Indonesia sangat prospektif karena fundamental perekonomian
Indonesia terus membaik. Akses terhadap informasi dan pendidikan makin
mudah seiring dengan perbaikan infrastruktur. ”Anak-anak Indonesia perlu
lebih mengenal bangsanya agar mereka bangga menjadi anak Indonesia,”
katanya.
Prospektif perekonomian Indonesia, dia
melanjutkan, terus membaik. Untuk ukuran dunia, Indonesia termasuk 15
besar perekonomian dunia atau lebih besar dari Singapura, Malaysia, Arab
Saudi, dan Belanda.
Pada 2020, perekonomian Indonesia
bisa menembus lima besar dunia. Produk domestik bruto (PDB) per kapita
bisa mencapai US$ 30 ribu atau naik signifikan dari US$ 3.500 pada tahun
lalu. "Ada peluang sebesar US$ 60 triliun dalam 20 tahun ke depan,”
katanya.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka
Pangestu mengatakan, agar generasi Justin Bieber ini tidak salah arah
dan selalu kreatif, diperlukan pendidikan, dukungan lingkungan, dan
keluarga. ”Pendidikan yang baik dimulai dari usia dini sampai ke
universitas,” katanya di tempat yang sama.
Menurut Mari,
generasi muda yang kreatif ditambah dengan kemajuan teknologi dapat
menciptakan sesuatu yang memiliki nilai, sehingga dapat meningkatkan
pendapatan dan ekonomi. ”Apalagi generasi Justin Bieber ini ditambah
dengan media sosial, seperti Facebook, Twitter,» katanya.
Kreativitas
ekonomi, ia menambahkan, tidak harus memanfaatkan teknologi dan
inovasi. ”Tapi dengan mengkombinasikan sesuatu dan memahami kondisi
pasar bisa berkreativitas, seperti contohnya dalam pembuatan dan
pemasaran keripik singkong Mak Icih, keripik singkong yang kemasannya
dibuat 1 sampai 10 berdasarkan tingkat kepedasan, dipasarkan melalui
Twitter, sekarang menjadi keripik singkong yang tadinya sederhana
menjadi bernilai,” kata Mari.
JONIANSYAH